Keberadaan salon seperti cendawan di musim hujan. Perlu strategi khusus untuk bisa bertahan di bisnis ini. Meji-Mejiku memfokuskan diri pada salon khusus kuku. Russanti Lubis
Akhir-akhir ini, entah kapan tepatnya, muncul kecenderungan baru dalam dunia bisnis salon. Hal ini, ditandai dengan munculnya salon-salon yang hanya fokus pada salah satu dari sekian banyak fasilitas, yang biasanya ditawarkan oleh sebuah salon. Kemunculan salon spesialisasi ini dilatarbelakangi oleh banyak faktor, di antaranya keterbatasan waktu yang dimiliki konsumen untuk merawat diri, sekali pun itu cuma untuk potong rambut. Selain itu, adanya kekurangpuasan konsumen akan pelayanan yang diberikan kapster (pegawai salon, red.), hanya karena fasilitas itu memang bukan “menu utama” salon tersebut. Misalnya, untuk perawatan kuku yang dikenal dengan istilah manicure dan pedicure. Lebih dari itu semua, tentu saja ini merupakan peluang bisnis yang sayang untuk dibiarkan lewat begitu saja.
“Survai yang kami lakukan terhadap berbagai salon menyimpulkan bahwa salon pada umumnya hanya menekankan pada perawatan rambut, wajah, dan kulit. Sedangkan kuku hanya sebagai fasilitas sampingan. Padahal, kuku yang terawat akan menunjang atau menyempurnakan penampilan. Apalagi, manicure dan pedicure telah dipercaya sebagai cara paling populer untuk merawat dan mempercantik kuku wanita (dan juga pria), sejak 20 tahun lalu di Indonesia,” kata Herry Liesprayudi, selaku Marketing, Promotion, dan Public Relations Manager PT Pacific Macronic Industry (PMI) Ltd.
Menyikapi situasi ini, PT PMI sebagai master franchise Meji Mejiku, menghadirkan Meji Mejiku, salon khusus kuku, ke Indonesia hampir setahun lalu, di Mal Kelapa Gading 3, Jakarta Utara. Ternyata, sambutan masyarakat sangat baik sehingga kini waralaba dari Negeri Matahari Terbit ini, telah memiliki 15 franchisee yang tersebar di 15 mal atau plasa baik di Jakarta, Tangerang, Bandung, Surabaya, maupun Bogor. “Di sisi lain, kehadiran Meji Mejiku untuk memenuhi gaya hidup anak muda zaman sekarang. Karena itulah, segmen pasar Meji Mejiku yaitu remaja putri berumur 18 tahun hingga para wanita eksekutif muda berusia 30 tahun, tanpa menutup kemungkinan bagi mereka yang belum berumur 18 tahun atau telah berusia lebih dari 30 tahun dan berjenis kelamin laki-laki,” ujarnya.
Namun, pada umumnya para ABG (Anak Baru Gede, red.) yang selalu ingin tampil gaya ini, terbentur pada aturan sekolah yang melarang mereka memakai cat kuku. Hal ini, disiasati Meji Mejiku dengan menawarkan cat kuku transparan atau polish only. Sedangkan, bagi muslimah yang karena aturan agama tidak diperbolehkan memakai kutek, disediakan magic nail buffer atau alat mungil yang berfungsi mengilapkan kuku hingga terkesan memakai cat kuku transparan. “Selain itu, Meji Mejiku juga menyediakan kutek buatan Korea, nail dryer (pengering kuku), manicure set, dan free-accetone polish remover sheet (tisu penghapus kutek tanpa aseton) dengan range harga Rp26 ribu hingga Rp75 ribu,” jelasnya.
Meji Mejiku juga menawarkan 25 pelayanan yang dirangkum menjadi enam item yaitu polish, manicure & pedicure, nail spa, tattoo kuku, signature service, dan other service dengan tarif Rp15 ribu hingga Rp200 ribu. “Tarif ini 30% lebih murah daripada salon-salon kuku yang lain. Pelayanan yang Meji Mejiku berikan kepada konsumen juga tidak membutuhkan waktu lama, hanya sekitar 10 menit sampai 15 menit. Bandingkan dengan salon pada umumnya yang minimal membutuhkan waktu minimal 30 menit, cuma untuk membersihkan kuku. Bahkan, untuk total semua pelayanan itu, hanya butuh waktu sekitar satu jam. Selain itu, Meji Mejiku menggunakan produk dari Korea dan Jepang, yang setelah kami survai tidak menimbulkan efek samping pada kuku. Hal ini, kami lakukan bukan karena kami tidak cinta produk dalam negeri, melainkan karena produk lokal yang pernah kami gunakan justru membuat kuku menguning,” ucapnya.
Kini, pelopor salon kuku di Indonesia ini, boleh dibilang merupakan jaringan waralaba salon kuku terbanyak. Tapi, penerima penghargaan Indonesian Creative and Inovative Award 2007 dan Indonesian Proffesional and Educator Award 2007 ini, bukanlah satu-satunya salon kuku. Untuk itu, PT PMI memberlakukan beberapa peraturan yang bersifat ke dalam guna melindungi para franchisee-nya, dengan hanya menghadirkan satu gerai Meji Mejiku di satu pusat perbelanjaan. “Hal ini kami lakukan untuk menghindari munculnya persaingan harga antarfranchisee,” jelasnya.
Perusahaan ini juga mengeluarkan peraturan yang bersifat ke luar berupa strategi-strategi yang dimaksudkan untuk mengatasi persaingan dengan salon-salon kuku lain. “Selain servis terbaik, Meji Mejiku menyediakan pula after service yaitu dengan memberikan VIP Member. Kepada para pemegang VIP Member, Meji Mejiku memberi diskon 10% untuk sekali kunjungan dan prioritas pelayanan. Mereka juga boleh cuma membeli produk-produk Meji Mejiku yang memang tidak dijumpai di salon-salon lain. Tapi, untuk bisa mendapatkan VIP Member yang berlaku setahun itu, konsumen harus merogoh kocek sebesar Rp95 ribu,” tambahnya.
Sedangkan untuk memperluas jaringannya, Meji Mejiku menawarkan franchise yang dapat diperoleh dengan mudah dan investasi terbilang murah. “Total investasi Meji Mejiku Rp180 juta hingga Rp200 juta (salon pada umumnya harus menanamkan modal Rp500 juta sampai Rp1 milyar, red.), tanpa royalty fee, dan berlaku selama tiga tahun. Dengan investasi sebesar itu, Meji Mejiku akan memberikan pelatihan karyawan dan bantuan berpromosi. Untuk franchisee, hanya diharuskan menggunakan semua produk yang dikeluarkan oleh Meji Mejiku. Bila target omset Rp20 juta hingga Rp25 juta per bulan terpenuhi, maka franchisee akan Break Even Point dalam jangka waktu setahun dan Return of Investment dalam waktu 1,5 tahun,” jelasnya. Nah, sekarang Anda tinggal memilih: menjadi franchisee-nya atau sekadar merasakan fasilitas-fasilitasnya.
Usaha makanan cepat saji
Tip biar bisnis bisa go public
Usaha jus pesan antar
Usaha barang seken layak direken
Beternak merpati balap omsetnya mantap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar