Davinci Birdfarm raih omset jutaan rupiah dari budidaya merpati bibitan, piyikan dan merpati siap lomba. Fisamawati
Pada hektaran tanah lapang sepanjang 1.5 km, ratusan orang pecinta merpati balap berkumpul dan bercengkerama dalam permainan adu ketangkasan burung merpati balap. Mereka berkerumun membentuk lingkaran dengan tatapan mata terfokus ke dua ekor merpati yang berlomba. Merpati balap tersebut dilepas di garis start, bersamaan setelah terdengar pluit tanda siap. Seketika kedua merpati mulai memacu kecepatannya sekencang-kencangnya menuju ke garis finish berjarak 1,5 km, di mana pasangan merpati itu setia menunggu di depan.
Di tangan joki, merpati betina sedang di-geber (dikepak-kepakkan sayapnya, red) sambil tak henti-hentinya berteriak memberi tanda dan semangat merpati jantan agar secepatnya sampai ke tangan joki. Akhirnya, salah satu merpati jantan tersebut meluncur deras ke tangan joki dan dinyatakan sebagai pemenang.
Ilustrasi di atas menggambarkan betapa meriahnya acara perlombaan merpati balap. Sekadar informasi tambahan, meski di luar negeri banyak merpati, tetapi khusus untuk merpati balap hanya ada di Indonesia. Merpati balap merupakan khas budaya Indonesia, di mana karakter merpati balapan memiliki sifat keket ke betina, terbentuk karena kultur budaya masyarakat Indonesia sehingga karakter merpati di Indonesia dan di luar negeri berbeda. Di Indonesia sendiri, merpati dibagi lagi menjadi merpati balap dasar, merpati balap tinggian, merpati kolong dan sebagainya. Untuk itu, rasanya merpati balap pun harus dilestarikan dan dibudidayakan seperti yang dilakukan Davinci Birdfarm yang dikomandoi oleh Fajar Wijayako di daerah Bojong Gede,Bogor ini.
“Saya hobby merpati sejak masih kecil, sekitar 36 tahun lalu. Saat itu, di Malang hobby merpati balap mulai mewabah bersamaan dengan hobby ayam bangkok, bahkan ini sudah menjadi candu bagi kalangan bos-bos kaya di daerah yang notabene memelihara burung, khususnya merpati balap. Tahun 2003, saya mulai serius membudidayakan merpati balap dengan membeli merpati balap legendaris bernama Sangsang seharga Rp. 20 juta, ditambah lima ekor merpati betina, merpati jantan Codet dan Tumaritis, sehingga total modal sekitar Rp 60 juta.” kata pemilik dua tempat peternakan merpati yakni di Bojong Gede dan Lanud Atang Sanjaya, selebihnya join bersama Ketua Pengda DKI Joko Kusdarmono.
Sejatinya, pecinta merpati balap tidak sebatas kalangan atas atau bos kaya saja, tetapi hampir lapisan masyarakat telah lama menyukai permainan adu kecepatan merpati ini. Menurut data Persatuan Penggemar Merpati Balap Sprint Indonesia (PPMBSI)- organisasi pusat pecinta merpati balap sprint, jumlah anggota atau pencinta merpati balap di Indonesia mencapai 250.000 orang.
Jika diperhatikan, penyebaran hobby merpati balap dapat dilihat hampir di seluruh Pulau Jawa dan Madura, selebihnya di daerah-daerah tertentu seperti Bali, Lampung, Palembang, Medan, Makasar, Manado, Samarinda, Banjarmasin, dan Pontianak. Dengan demikian perputaran arus jual beli merpati balap sangat tinggi. Sungguh sebuah peluang bisnis yang luar biasa, baik dari segi materi bibit atau piyikan merpati sampai pakan dan obat-obatan serta tenaga kerjanya.
Diceritakan Fajar, jika ingin budidaya merpati balap, terlebih dahulu harus mengetahui silsilah atau biasa disebut trah dari keturunan sebelumnya, seperti nenek atau buyut dari merpati tersebut. Dengan silsilah, dapat diketahui karakter terbang dan tempurnya, di mana unsur genetik mempengaruhi karakter keturunan yang akan diperlombakan untuk meraih juara baik tingkat lokal sampai tingkat nasional. Silsilah menjadi penting mengingat persaingan kompetisi tingkat nasional sangat ketat karena perlombaan melibatkan merpati terbaik sekaligus ajang adu gengsi sang pemilik.
“Dari jumlah merpati yang saya miliki, kemudian dibiakkan dengan melakukan perkawinan bergilir, telur yang dihasilkan dieramkan dan ditetaskan oleh merpati lolohan (merpati babu, red) masing-masing dua telur. Setiap pasang indukan menghasilkan dua telur setiap 2 minggu sekali, dan dierami selama 18 hari. Kemudian menetas, di-loloh sampai terbang sendiri sekitar 1 bulan, sehingga dalam setiap bulannya diperoleh 6 pasang piyikan yang harga jualnya rata-rata Rp 3 juta perpasang.” imbuhnya yang mengungkapkan harga jual merpati balap tingkat nasional bisa mencapai ratusan juta hingga milyaran rupiah.
Berdiri dengan bendera Davinci Bird Farm yang dibantu 5 orang karyawan, Fajar selalu meng-upgrade materi bibitan melalui pengamatan, seleksi yang mendalam dan hanya mengambil materi bibit kualitas super yang pernah berprestasi baik di tingkat nasional maupun lokal besar, sedangkan materi betina adalah anak para juara atau saudara dari para juara.
“Saya hanya memilih indukan kualitas super saja, piyikan yang sudah dewasa akan dipilih lagi, mana saja yang memiliki kualitas standar terbaik, yang nantinya akan dilatih menjadi merpati balap unggulan. Meskipun sepasang merpati indukan memiliki trah bagus dan memiliki kualitas baik, belum tentu hasil anakannya bagus pula, jadi belum tentu sesuai dengan harapan si peternak, namun saya sudah membuktikan lewat Road Star yang menjadi Juara 1 Utama Nasional di Batang tahun 2007, bahkan Road Star sempat ditawar oleh pe-hobby dari Bali dan Bekasi seharga Rp 100 juta, namun saya belum mau lepas, masih mau dipakai jagoan dulu” ungkapnya yang juga berprofesi sebagai konsultan HRD ini.
Ia menambahkan, beternak merpati balap itu mudah dan pasti menguntungkan. Sifat merpati yang mudah berjodoh, memudahkan siklus reproduksinya bisa diatur sesuai kebutuhan. Kini. Fajar pun mulai menuai hasil, puluhan ekor piyikan merpati balapnya laris manis di beli oleh pe-hobby lain yang datang dari Lampung, Palembang, Surabaya, Bandung, Bekasi, Jakarta, Batam, Malang maupun sekitar Bogor.
Bayangkan, jika dengan rata-rata sebulan bisa menjual piyikan sebanyak 20 ekor dengan range harga Rp3 juta sepasang, berapa keuntungan yang bisa diraup?. Padahal untuk biaya perawatan merpati balap hanya dibutuhkan pakan jagung, kacang hijau dan ‘voer’, dan total biaya biasanya menghabiskan Rp1-2 juta per bulannya ditambah gaji karyawan, tergantung ‘majikan’. “Ternak merpati balap memiliki prospek bagus, meskipun hanya menjual piyikan. Selain menjanjikan keuntungan, bisa juga menciptakan lapangan pekerjaan,” ucapnya optimis.
Batik serat alam digandrungi
Usaha rumah bambu
Rejeki syuuur dari sayur mayur
Usaha BatikUsaha Kecantikan
Jika ingin mengutip/menyebarluaskan artikel ini harap dicantumkan sumbernya.
Source : majalahpengusaha.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar