Puzzle Kajeng semula hanya dijual di kaki lima, tetapi kini sudah menyerbu pasar negara maju di antaranya Eropa, USA dan Australia. Simak 7 kiat Mandar Utomo! . Wiyono dan Fisamawati
Akhir-akhir ini istilah alat permainan edukasi semakin populer, bahkan mulai banyak diperkenalkan sebagai sarana bantu pendidikan bagi siswa sekolah. Lazimnya, mainan edukasi yang berkembang di pasaran merupakan produk-produk luar negeri. Maklumlah, karena sistem pendidikan di sana relatif lebih maju berkembang dengan tingkat kemakmuran yang lebih baik. Akan tetapi, Mandar Utomo, pengusaha asal Yogyakarta, ternyata sukses memproduksi mainan edukasi dan memasarkannya hingga ke negara-negara maju di antaranya Eropa, USA, dan Australia.
Saat ini Mandar memiliki dua buah art shop di Bantul, sebuah workshop induk, ditambah 4 buah workshop pembantu, mempekerjakan 108 orang karyawan dengan omset produksi tiap bulan mencapai 40.000-50.000 pcs. Produk-produk tersebut dijual antara Rp 5 ribu-Rp 125 ribu. Sedangkan pemasarannya, sebagian besar untuk melayani pesanan dari Italia, Spanyol, Yunani, dan Belanda, serta sebagian juga datang dari USA dan Australia. Setiap bulan omset penjualan mencapai Rp 100 juta-Rp 150 juta atau sekitar Rp 1 miliar-Rp 2 miliar per tahun dan mengantongi profit margin 15%-25%.
Alat permainan edukasi buatan Mandar atau melalui bendera usaha bernama Kajeng Handicraft tersebut dikenal dengan nama puzzle kajeng (Jawa: kayu). Kata puzzle dalam bahasa Indonesia berarti teka-teki, jadi maksudnya mainan itu terbentuk dari potongan-potongan kayu yang merupakan bagian wujud sebuah benda, dan caranya harus disusun ulang agar utuh sempurna.
Puzzle-puzzle kayu ini terbuat dari limbah kayu jati yang merupakan sisa-sisa potongan kayu jati yang digunakan untuk furnitur. Ikhwal cerita di balik bahan baku limbah mebel, pada awalnya dikarenakan minimnya modal usaha, tetapi belakangan juga merupakan strategi jitu menekan biaya overhead. “Limbah kayu jati sayang kalau cuma untuk kayu bakar. Setelah jadi harganya bisa mencapai jutaan. Selain harganya lebih murah, Rp 20 ribu-Rp 25 ribu/ton, mainan saya juga tidak memerlukan bahan kayu berukuran besar,” Mandar berkilah.
Sampai sekarang bahan baku seperti itu pun tidak sulit diperoleh. Apalagi ia bekerja sama dengan pengusaha-pengusaha mebel di Demak, Semarang, Jepara, dan Klaten. Maka, seperti dikatakan, meskipun harga bahan baku meningkat namun masih terjangkau. “Bahan baku khusus menggunakan kayu jati, karena telah dicoba dengan jenis kayu lain hasilnya kurang sempurna. Kayu jati lebih tahan terhadap perubahan iklim, pengerjaan lebih mudah, serat kayu lebih indah dan bernilai seni. Sebagian kecil juga menggunakan bahan kayu sono keling, hasilnya indah tetapi proses pengerjaannya lama karena keras.,” ungkapnya.
Lebih lanjut Mandar menuturkan, usaha yang berkembang hingga seperti sekarang sebenarnya berawal dari jalan pikiran sederhana saja. Semula Kajeng yang berdiri tahun 1994 tidak memproduksi mainan edukasi, melainkan berupa kerajinan patung-patung tradisional. Tetapi karena penjualannya seret akhirnya ia putuskan berpindah haluan. Ide awal membuat puzzle berbahan dasar kayu muncul setelah anaknya merengek minta mainan. “Karena pada waktu itu kami bukan termasuk orang mampu, ingin beli tidak bisa,” ujarnya mengenang. “Setelah dibuatkan, anak saya kok suka. Jadi saya pikir kalau anak saya suka, anak-anak lain pasti juga suka,” sambungnya.
Tetapi diakui, salah satu rahasia pembuka jalan keberhasilan usahanya itu, di samping keuletan dan kegigihan, juga tidak lepas dari nasib baik yang menghampirinya pada suatu ketika. Pertama kali, lulusan Fakultas Hukum Janabadra itu membuat puzzle gajah. Kemudian, seperti diceritakan, berbekal modal usaha sebesar Rp 425 ribu ia sempat berjaja keliling ke Jakarta selama 6 bulan. Karena kurang laku, ia kembali lagi ke Yogyakarta. Tidak putus asa, ia tetap berproduksi dan membuat desain-desain baru sambil berjualan kaki lima di depan benteng Vredenburg, Malioboro, hingga sampai akhirnya bertemu dengan buyer yang baik hati, kewarganegaraan Perancis. “Saya dibantu peralatan, dapat order, bahkan diperkenalkan dengan buyer-buyer lainnya,” tuturnya.
Bermula dari orang Perancis yang merasa tertarik dan memesan 1000 pcs puzzle bola buatan Mandar, dia bahkan akhirnya dikenalkan pula dengan pembeli-pembeli lain dari Denmark, Australia. Seterusnya pemasaran itu berkembang dari mulut ke mulut. Merasa jalan sudah mulai terbuka, ayah dua orang jagoan itu tidak lantas berpuas diri, melainkan ia terus mengembangkan pemasaran dengan mengikuti perkembangan teknologi, yakni membuka website sehingga buyer bisa order langsung via email.
Tidak menampik akan kemunculan beberapa kompetitor, Mandar optimis bahwa ia setingkat lebih unggul. Kelebihan puzzle kajeng terutama variasi produknya sangat beragam. Saat ini, dikatakan, memiliki sekitar 150 buah desain dan terus bertambah 8-15 item setiap tahun. Segmentasi produk yang dikembangkan juga bukan hanya diperuntukkan bagi konsumen anak-anak, tetapi mulai dari play group hingga di perguruan tinggi. Oleh karena itu Kajeng membuat berbagai puzzle yang disesuaikan tingkat kerumitan untuk memasangnya.
Terdapat tim desain khusus yang terdiri dari lulusan ISI Jurusan Kriya Kayu, di samping inspirasi desain yang diperoleh dari variasi desain puzzle luar negeri yang sudah beredar atau kadang-kadang dibawa langsung oleh pemesan. “Karena pintu gerbangnya adalah Kajeng iklim kompetisi tidak begitu berpengaruh. Kompetitor paling memiliki omset 5.000 pcs sebulan, sementara order dalam satu kontainer bisa mencapai 30.000 pcs,” imbuhnya tanpa bermaksud jumawa.
Malah sebaliknya, selama 13 tahun ia merasa produknya lebih banyak dijual ke luar negeri tetapi belum banyak diterima masyarakat Indonesia. Agar lebih dikenal pasar lokal akhir-akhir ini Mandar melakukan beberapa upaya, di antaranya membuka outlet di mall-mall di kota-kota besar di seluruh Jawa, khususnya pada saat-saat musim liburan. Meskipun belum maksimal, seperti dikatakan, paling tidak dalam tiga tahun terakhir animo masyarakat lokal mulai berkembang. “Keunikannya, selain edukasi juga multifungsi. Sebagai mainan, test IQ, asah otak, latihan kesabaran, juga bisa dijadikan sebagai pelengkap desain interior,” begitu ia berpromosi.
7 Langkah Taktis Mandar Utomo Sukses Mengelola Usaha
- Berganti haluan saat usahanya seret. Semula membuat patung kayu kemudian berganti
memproduksi puzzle
- Memanfaatkan bahan baku limbah tetapi berkualitas tinggi (limbah kayu jati) sehingga bisa
menekan overhead tanpa mengurangi kualitas
- Selalu menjaga hubungan baik dengan pengusaha di sentra mebel kayu jati agar pasokan bahan
baku terjaga
- Selalu mengembangkan desain, baik saat masih berjualan di kaki lima maupun setelah memiliki
buyer dari negara-negara maju di Eropa, USA dan Australia. Setiap tahunnya lahir 8-15 item desain
baru
- Merekrut pegawai terbaik dari ISI Jurusan Kriya Kayu
- Memperluas segmen pasar dari semula alat edukasi untuk anak-anak dikembangkan hingga
mahasiswa perguruan tinggi
- Memperluas jangkauan pasar dengan membuat website dan melayani order melalui email
Jika ingin mengutip/menyebarluaskan artikel ini harap dicantumkan sumbernya.
Usaha makanan cepat saji
Tip biar bisnis bisa go public
Usaha jus pesan antar
Usaha barang seken layak direken
Beternak merpati balap omsetnya mantap
Source : majalahpengusaha.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar