Produk perlengkapan bayi yang beredar di pasaran sudah bejibun. Tetapi Dita tak gentar memasuki pasar tersebut, lantaran produknya lebih mengutamakan kenyamanan pemakaian. Anita Surachman
Menyediakan perlengkapan bayi untuk menyambut kehadiran sang buah hati merupakan catatan yang tidak pernah luput dari agenda si calon ibu. Bagi sebagian wanita yang akan memiliki momongan pasti akan mempersiapkan aneka macam perabotan dan pernak-pernik yang ditujukan khusus sebagai bentuk rasa surprise atas lahirnya keturunan atau generasi baru.
Memang produk perlengkapan bayi sudah sangat banyak beredar di pasaran. Pasarnya pun terentang luas, mulai dari pasar untuk kalangan menegah-bawah sampai menengah-atas. Desainnya pun unik dan lucu, warna yang ditampikan pun sangat menarik. Namun untuk merebut pasar, tidak cukup dengan hanya dengan faktor dan desain warna, karena ada faktor-faktor lain yang ikut menentukan.
Sejauh ini mungkin belum banyak bisnis yang menawarkan perlengkapan handmade untuk bayi. Salah satu yang berani menjajal bisnis ini adalah Dita Ratna Kristina Irani. Meski bukan yang pertama eksis di bisnis ini, wanita berusia 32 tahun ini sangat optimis terhadap usaha yang digelutinya. Menurut Dita, ketertarikannya pada bisnis perlengkapan handmade bayi karena bisnis ini tercipta dan didisain untuk anak-anak khususnya bay pasarnya tidak pernah mengerut. Dita mengatakan, seorang ibu yang akan melahirkan terutama anak pertamanya pasti akan berusaha untuk memberikan yang terbaik, di antaranya pengaturan kamar calon anaknya. Adanya cita rasa personal yang berbeda-beda antara masing-masing calon ibu inilah yang dinilainya menjadi peluang bisnis perlengkapan bayi handmade.
Bisnis yang berdiri sejak dua tahun silam, tepatnya Januari 2006 lalu ini bermula dari sekadar hobi Dita mendesain dan membuat kerajinan tangan. Karyanya ternyata diminati oleh sahabat-sahabatnya. Respon inilah yang memperluas horizon Dita, bahwa terbuka peluang besar untuk mewujudkan hobinya ke bisnis yang lebih serius. Dita pun nekad mengikuti pameran. Di luar dugaan hasilnya bagus. Respon positif dalam berbagai kesempatan inilah yang meneguhkan tekad Dita untuk membangun usaha sulam Miosche Handmade.
Alumnus Universitas Kristen Petra Surabaya, Jawa Timur ini mengawali usahanya dengan modal Rp 50 juta dengan melibatkan karyawan tetap dan honorer. Untuk membedakan produk Miosche dengan kompetitor, Dita menerima costumize, jadi pelanggan dapat memesan produk Miosche sesuai dengan keinginan.
Produk yang ditawarkan Miosche sangat bervariatif. Seperti bantal, luxury set, bumper set, seprei, selimut, aksesori kamar, boneka dan banyak lagi yang lain. Harga yang ditawarkan rangenya sekitar Rp 15 ribu hingga Rp 825 ribu. Tergantung dari bahan, motif dan ukuran yang diminta konsumen.
Selama kurun waktu dua tahun, Dita hanya menitipkan produknya di toko-toko baby furniture. Tapi kini produk Miosche dapat ditemui langsung di toko milik Dita tepatnya di ITC Kuningan. Dari hari ke hari reputasi produk Miosche terus meroket dan semakin digandrungi masyarakat. Omzetnya juga sudah tembus puluhan juta rupiah setiap bulannya. Pelanggan yang datang bukan hanya dari Jakarta tapi mulai merambah luar Jawa, seperti Medan, Solo dan Irian.
Dita mengaku ide dan karya produk Miosche ini diperoleh dari buku cerita anak-anak luar negeri dan buku klasik juga buku interior. Dari segi warna Dita lebih dominan memilih warna pastel seperti baby blue dan baby pink. Semua produk yang ditawarkan menggunakan bahan berkualitas tinggi sehingga target yang dituju menjadi premium yakni untuk golongan menegah-atas.
“Saya menggunakan bahan yang halus sehingga tidak bisa menekan harga agar murah. Pada prinsipnya saya tidak ingin barang saya cuma murah tapi tidak enak dipakai, mending agak mahal sedikit tapi nyaman. Kendati agak mahal, jika dibandingkan produk pesaing masih relatif terjangkau,” akunya setengah berpromosi.
Untuk menghadapi persaingan Dita mengaku memiliki trik tersendiri. Misalnya, membanderol harga lebih murah dibanding pesaing meski kualitasnya berendeng atau sama. “Strategi tersebut saya gunakan karena tidak semua orang butuh yang eksklusif. Kompetitor mematok harga yang lebih mahal dibanding produk saya, padahal di Indonesia masyarakat kelas menegah-bawahnya lebih banyak daripada high classnya jadi produk saya masih lebih rasionable. Harga produk saya memang menengah-atas tapi masih terjangkau,” papar ibu dari Gagah Budi Wiratama ini.
Meski menuai sukses dan prospek bisnisnya diakui bagus, Dita mengaku masih menghadapi beberapa kendala. Minimnya pemahaman orang tentang barang handmade dan sulitnya mencari tenaga kerja atau sumberdaya yang berminat di bidang menyulam, dirasakan menjadi salah satu tantangan dalam proses perjalanan bisnisnya.
“Pernah saya berusaha mengajak dan melatih orang di pembuangan sampah Bantar Gebang untuk menjadi tukang sulam, tapi mereka menolaknya, mereka justru lebih memilih menjadi pemulung ketimbang menjadi tukang sulam. Untuk mengatasinya saya terus mencari dan menyeleksi orang untuk saya latih,” ungkap Dita.
Istri dari Budi Perdana ini selain sibuk dengan usahanya, juga mengisi waktu luangnya dengan memberikan kursus teknik sulam kepada para ibu rumah tangga. “Salah satu tujuan mendirikan bisnis ini adalah selain memperoleh penghasilan juga dapat membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. Sehingga dengan cara ini saya bisa membantu mereka untuk menambah penghasilan,” kata Dita.
Untuk mengembangkan jaring pemasaran, produk Miosche dalam jangka waktu dekat ini, Dita menargetkan merambah pasar mancanegara. “Tahun ini target kita ingin go Hongkong dan Singapura,” ujarnya.
Kelebihan dan Kendala Miosche Handmade
Kelebihan:
- Terbuat dari bahan halus dan dikerjakan secara manual sehingga pemakaiannya terasa lebih
nyaman jika dibandingkan produk massal
- Bisa didesain dan diproduksi sesuai dengan keinginan pemesan
- Harganya relatif murah dibandingkan pesaing
Kendala:
- Sulit mendapatkan tenaga ahli sulam
Jika ingin mengutip/menyebarluaskan artikel ini harap mencantumkan sumbernya.
Peluang emas kelinci hias
Usaha larva bawal
Usaha barang seken layak direken
Tip bisnis usaha go public
Usahan salon khusus kuku
Source : majalahpengusaha.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar