Memadukan konsep inovatif one-two-three, QC membidik masyarakat perkotaan yang supersibuk namun care terhadap penampilan dan kesehatan. Russanti Lubis
Time is money. Prinsip ini dianut sebagian kalangan masyarakat perkotaan. Sedemikian sibuknya mereka mengejar materi, untuk masalah yang sangat pribadi sekali pun, mereka serasa tidak mempunyai waktu lagi, misalnya untuk potong rambut. Kondisi ini, ditangkap dengan manis oleh seorang pelaku bisnis dari Jepang dengan mendirikan Quick Cut (QC).
Namun, QC bukanlah salon yang pada umumnya menyediakan fasilitas aneka perawatan rambut sekaligus wajah dan tubuh. QC bukan pula barber shop yang menyediakan pelayanan potong rambut hanya untuk kaum adam. Dikatakan demikan, sebab QC yang kini telah memiliki 257 cabang ini, walau juga menyediakan pelayanan potong rambut saja, tapi ditujukan untuk semua lapisan masyarakat di segala usia dan semua gender, khususnya masyarakat menengah atas yang ingin mendapatkan jasa potong rambut dengan cepat, bersih, dan bagus hasilnya.
“QC memiliki konsep inovatif yang belum pernah dicetuskan sebelumnya yaitu konsep one–two–three dengan menggabungkan faktor-faktor kecepatan (quick), kebersihan (higienis), dan profesionalisme, sehingga bisa menjadi jalan keluar bagi masyarakat Indonesia, khususnya yang berdiam di perkotaan, yang selalu didera kesibukan,” jelas Novita Tandry, master franchise Quick Cut Indonesia.
Faktor kecepatan, Novita melanjutkan, ditonjolkan mengingat salon-salon yang ada di Indonesia pada umumnya membutuhkan waktu yang lama dalam proses pengerjaannya. Sedangkan QC, untuk memotong rambut cuma membutuhkan waktu 15 hingga 20 menit. “Karena, kami sangat menghargai waktu yang dimiliki konsumen tanpa perlu mengorbankan kualitas atau hasil akhir gaya potongan rambut, sesuai dengan yang diinginkan konsumen,” ujarnya.
Konsep kebersihan sebagai faktor kedua yang diusung QC biasanya diterapkan dalam dunia kedokteran. “Semua peralatan yang digunakan di QC seperti sisir, gunting, clipper, sikat rambut, dan sebagainya disterilkan terlebih dulu dengan peralatan khusus, sebelum digunakan. Hal ini, dilakukan untuk menghindarkan penularan berbagai penyakit atau masalah rambut dan kulit kepala, seperti hepatitis C dan ketombe,” ungkapnya. Faktor ketiga yaitu profesionalisme diartikan bahwa setiap hair stylist QC sudah dilatih terlebih dulu secara profesional, untuk dapat memberikan hasil guntingan yang sesuai dengan harapan konsumen. “Dengan tarif Rp15 ribu sampai Rp20 ribu, konsumen tidak perlu lagi repot-repot keramas atau kuatir masih ada sisa-sisa potongan rambut yang menempel di baju,” imbuhnya, agak berpromosi.
QC hadir di Indonesia pada awal 2007 dengan membuka gerainya yang pertama di Depok Town Square. Lalu, pada medio Juni silam, QC Atrium Plaza Senen menyusul. Dengan sistem franchise, selanjutnya QC akan dibuka di Senayan Trade Center, Istana Plaza Bandung, Bandung Indah Plaza, Gorontalo, Taman Anggrek, Citraland, Kemang, Surabaya, Medan, Malang, dan Manado. “Sekadar informasi, kami akan melakukan ekspansi dalam jangka waktu tiga tahun ini dengan membuka 40 cabang, di berbagai kota besar dengan lokasi-lokasi strategis,” jelasnya.
“Konsep yang kami tawarkan memang konsep franchise dengan franchise fee Rp40 juta dan royalty fee 10% (7% untuk royalty fee dan 3% untuk marketing fee, red.),” katanya. Dengan franchise yang ditawarkan ini, masyarakat yang berminat akan dapat memiliki usaha jasa potong rambut tanpa harus mulai dari O (nol); memperoleh kemudahan dalam menjalankan dan mengelolanya karena adanya management support; margin sebesar 80% hingga 100% dan biaya trial and error yang rendah; memiliki brand awareness yang lebih tinggi sehingga risiko usaha lebih rendah (sharing concept, red.); serta promosi dan pemasaran terencana, berjangkauan luas, dan berkelanjutan.
“Franchisee akan BEP (Break Even Point) pada bulan ketiga hingga keempat dan ROI (Return Of Investment) antara 1 tahun sampai 1,5 tahun,” ungkap Novita, yang ke depannya ingin menjadi market leader untuk usaha jenis ini di seluruh pelosok kota di Indonesia dan membuka peluang bagi masyarakat di daerah untuk dapat juga memiliki bisnis QC, dengan mengikuti berbagai kegiatan Franchise Expo & Seminar. Untuk itu, calon franchisee harus memenuhi beberapa persyaratan seperti mempunyai lokasi yang memenuhi standarisasi dan kriteria yang ditetapkan QC, serta pemilik gerai QC harus ikut berperan aktif mengembangkan dan memajukan gerainya. Kata orang, hidup itu membutuhkan pengorbanan, bahkan untuk persoalan hidup yang sepele sekali pun. Tugas kita adalah meminimalis pengorbanan itu dengan berbagai cara, sehingga ritme hidup kita tidak terganggu. Mungkin kehadiran QC bisa menjadi salah satu solusinya
Konro daeng basso
Batik serat alam digandrungi
Usaha rumah bambu
Rejeki syuuur dari sayur mayur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar