Awalnya PT Saung Mirwan dengan produknya Fresh Cuts membidik wanita karir yang super sibuk dalam menyiapkan makanannya. Namun dalam perkembangannya malah digemari ekspatriat
Russanti Lubis
Persoalan utama ibu rumah tangga yang juga berkarir di luar rumah adalah waktu yang tidak cukup atau seimbang antara mengurus suami dan anak-anak dengan mengurus diri dan pekerjaan kantornya. Sehingga, mereka selalu terburu-buru, khususnya dalam menyiapkan makanan. PT Saung Mirwan, perusahaan agrobisnis yang terletak di Desa Sukamanah, Bogor, berusaha mengatasi kondisi ini dengan menyediakan Fresh Cuts yaitu sayuran dan sayuran buah dalam kemasan yang sudah dicuci bersih, dikupas, dan dipotong-potong sesuai kebutuhan.
Sebenarnya, Fresh Cuts merupakan peluang usaha yang tumbuh subur di Amerika Serikat dan negara-negara barat lain, dalam 10 tahun terakhir. “Ide ini lalu saya comot. Tapi, saya tidak mungkin bersaing dengan produk mereka. Sebab, tidak mungkin sayuran dari luar negeri diekspor ke Indonesia, kecuali terjadi ledakan produksi di negara-negara tersebut. Seandainya itu terjadi, sifatnya juga hanya sesaat mengingat kesegaran sayuran mentah cepat hilang dan ketatnya persaingan harga,” kata Tatang Hadinata, pemilik sekaligus Direktur PT Saung Mirwan.
“Di sisi lain, saya melihat betapa sibuknya para ibu rumah tangga di Indonesia, terutama yang juga bekerja di luar rumah. Mereka selalu terburu-buru saat menyiapkan makanan untuk suami dan anak-anak mereka, mengingat waktu yang sudah mepet. Lantas, sekitar tiga atau empat tahun lalu, saya menghadirkan Fresh Cuts ini. Sedemikian praktisnya Fresh Cuts sehingga saat ingin mengolahnya ya tinggal dicemplung-cempungkan saja ke dalam panci. Imbasnya, memasak menjadi lebih ringan,” lanjutnya.
Di samping itu, Tatang menambahkan, Fresh Cuts juga tidak meninggalkan sampah. “Jika Anda membeli sayur mayur. Tentu tidak semuanya Anda olah. Mungkin hanya setengahnya yang Anda gunakan, sedangkan sisanya disimpan atau terpaksa dibuang dan menjadi sampah. Karena, pada umumnya sayuran mentah mudah busuk,” jelasnya. Berkaitan dengan itu, Fresh Cuts yang terdiri dari lettuce, brokoli, buncis, kembang kol, wortel, serta cauli flower dan shallot yang dikemas dengan berat 200 gr, hanya sekali pakai.
“Kalau cuma setengahnya yang mau digunakan, sisanya harus disimpan dalam lemari pendingin (refrigerator). Jangan pernah mencoba menggunakan Fresh Cuts, bila tidak memiliki lemari pendingin! Sebab, Fresh Cuts yang tidak memakai bahan pengawet ini akan hilang kesegarannya, bahkan busuk, dalam tempo sehari saja. Sebaliknya, dengan refrigerator, Fresh Cuts mampu bertahan hingga tujuh hari,” imbuhnya.
Fresh Cuts yang dijual dengan harga Rp4.000,- per kemasan ini tidak pula perlu dicuci. Dalam arti, begitu sampai ke tangan konsumen, dapat langsung disajikan. “Contohnya, sayuran yang mengisi burger-nya McDonald’s atau Burger King,” ujarnya. Sekadar informasi, Fresh Cuts nantinya juga dapat dijumpai dalam burger atau hotdog-nya D’Crepes.
Sayangnya, Fresh Cuts hanya dapat dijumpai di Jakarta dan dibeli melalui para mitra PT Saung Mirwan, seperti Hero, Carrefour, Matahari, McDonald’s, KFC, Diamond DBest, Hypermart, Giant, dan Super Indo. Selain itu, Fresh Cuts tidak diminati para ibu rumah tangga Indonesia. Sebab, meski mereka selalu terburu-buru, tapi pada umumnya mereka memiliki pembantu rumah tangga, yang notabene akan membantu mereka dalam urusan masak memasak.
Namun, tidak berarti kehadiran dan misi Fresh Cuts gagal total. Kini, produk ini lebih diminati oleh orang-orang dari kalangan tertentu yaitu kaum ekspatriat. Sehubungan dengan itu dan juga karena Fresh Cuts menyasar pada masyarakat menengah ke atas, maka sayur-sayuran yang diminati masyarakat menengah ke bawah seperti kacang panjang, kangkung, caisim, dan lain-lain, tidak masuk dalam kategori ini. Demikian pula untuk yang bersifat mass product, kentang misalnya. “Karena, kami pasti akan kalah bersaing dengan petani tradisional. Maklum, biaya operasional untuk produk ini sangat tinggi,” ungkap Tatang yang berencana “melarikan” Fresh Cuts ke Asian market.
Menengok ke belakang. PT Saung Mirwan berdiri sejak tahun 1984, dengan modal awal Rp600 juta. Kehadirannya bermula dari hobi Tatang dalam bertanam sayuran. “Awalnya, Saung Mirwan (saat itu belum berwujud PT, red.) hanya sebuah kegiatan yang saya lakukan di belakang rumah. Kala itu, anak-anak saya masih kecil dan saya ingin selalu berada di samping mereka, mengingat istri saya seorang wanita karir. Menurut saya, kalau kami berdua bekerja di luar rumah, maka anak-anak kami tidak ada yang menjaga. Jadi, kami sepakat, istri saya bekerja di luar rumah, sedangkan saya di rumah saja sambil mengurus kebun kami, yang ketika itu cuma seluas 1 ha dengan lima atau enam jenis sayuran,” jelasnya.
Tahun 1991, RI 1 (presiden Soeharto) berkunjung ke Saung Mirwan dan kejadian ini di blow up media. Kondisi ini “memaksa” Saung Mirwan dari perusahaan yang berbasis hobi menjadi perusahaan profesional. “Bukan cuma itu. Kalau pada mulanya saya ini pemilik dan direktur perkebunan merangkap petaninya, maka sejak tahun 1996 hingga sekarang, dengan hasil perkebunan berlipat-lipat, omset yang terus membubung, dan karyawan yang makin lama makin banyak, pekerjaan saya hanya duduk-duduk di ruang kerja atau tiga hari sekali kontrol ke lapangan,” ujarnya, tanpa bermaksud menyesal atau sombong.
Kini, PT Saung Mirwan telah memiliki 24 item sayuran dan sayuran buah (serta 27 item bunga potong, red.). 70% produk ini dihasilkan oleh para mitra PT Saung Mirwan yang tersebar di Lembang, Garut, dan Cipanas. “Masing-masing lokasi tersebut mempunyai keistimewaan produk, dilihat dari produktivitasnya. Misalnya, bila di suatu daerah hanya dihasilkan 10 kg kapri/m²-nya, sedangkan di daerah lain sebanyak 12 kg kapri/m², tentu produktivitas kapri terbaik ya berasal dari daerah itu. Berdasarkan data-data itulah, Garut adalah penghasil terbaik untuk kapri, sedangkan untuk brokoli di Lembang,” ungkapnya.
Selanjutnya, produk tersebut dikemas dengan label Fresh & Quality.
Fresh & Quality yang terdiri dari 50 macam sayuran dan sayuran buah ini “dilempar” ke berbagai pasar swalayan. Selain itu, sejak tahun 1998, perusahaan ini memasok produknya ke Hong Kong, Taiwan, dan Jepang. Sedangkan, Fresh Cuts merupakan produk turunan Fresh & Quality. Dengan kapasitas produksi hanya 5% dari total produksi PT Saung Mirwan, Fresh Cuts cuma menyumbang omset kurang dari Rp1 milyar dari rata-rata total omset Rp20 milyar/tahun. “Kecuali bila industri-industri makanan sedang memesan Fresh Cuts, maka omsetnya bisa meningkat menjadi Rp2 milyar sampai Rp3 milyar,” katanya. Satu lagi fakta membuktikan bahwa hobi yang ditekuni dengan profesional dapat berubah menjadi ladang kehidupan
Konro daeng basso
Batik serat alam digandrungi
Usaha rumah bambu
Rejeki syuuur dari sayur mayur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar