Mengail Laba Bersama Nasi Uduk Gondangdia.
Dalam kurun hampir 15 tahun, Nasi Uduk Gondangdia belum pernah sekalipun mengalami penurunan omset, bahkan di saat krisis moneter melanda. Anda tertarik tawaran waralabanya?
Sukatna
Menjelang petang, Jalan Raya RP Soeroso persisnya di bawah lintasan rel kereta yang terletak antara Stasiun Gondangdia-Cikini agak tersendat. Banyak mobil yang parkir di sisi kiri maupun kanan jalan tersebut.
Wajah-wajah orang terkenal yang mungkin hanya sempat Anda lihat di layar kaca, mulai dari politisi Senayan sampai pejabat luar daerah serta selebritis yang sering muncul di acara infotainmen, akan Anda temukan tengah bersantap di warung nasi uduk pinggir jalan tersebut.
Pemandangan ini akan jamak Anda lihat sejak bakda Maghrib sampai tengah malam, sesuai dengan jam buka Nasi Uduk Gondangdia, karena mereka-mereka memang pelanggan setianya. “Banyak pelanggan luar kota setibanya di Bandara langsung menuju ke sini untuk makan terlebih dahulu sebelum mereka pergi ke penginapannya,” kata Wita, salah satu dari empat pemilik usaha keluarga (Jasmine, Jusriel Kamil dan Lisa) tersebut tanpa bisa menyembunyikan rasa bangganya.
“Sejak pertama kali buka kami belum mengalami penurunan omset. Kalau digambarkan sebagai sebuah grafik maka lintasannya terus menanjak,” imbuh Jasmine.
Padahal, menurutnya, pertama kali ketika membuka bisnis nasi uduk tersebut bermula dari iseng. Ceritanya, orang tua mereka memiliki lahan dua ruko di pinggir jalan tersebut. Satu ruko dimanfaatkan untuk bisnis money changer dan satunya digunakan untuk bisnis wartel. Halaman kedua ruko tersebut menganggur dan dimanfaatkan sebagai lahan parkir untuk pelanggan mie. “Mengapa lahan itu tidak dimanfaatkan untuk berjualan makanan,” rembug mereka berempat.
Empat keluarga yang sangat harmonis itupun tidak harus berpusing-pusing menentukan jenis pilihan bisnisnya. Mereka sepakat untuk membuka bisnis warung nasi uduk, karena keempat keluarga ini memang penggemar berat nasi uduk. “Ternyata pada hari pertama membuka warung nasi uduk, jualannya sudah ludes, demikian juga hari-hari berikutnya. Bisa dikatakan tidak ada hambatan yang berarti dalam mengelola bisnis ini,” imbuh Jasmine.
Sekalipun nasi uduk sudah berjubel di seantero Jakarta, namun Nasi Uduk Gondangdia mudah dikenali lantaran memiliki beberapa kekhasan. Nasinya rapat dibungkus daun pisang berbentuk kerucut. “Di tempat lain nasinya mungkin dibungkus daun pisang juga tetapi tidak rapat dan bentuknya bukan kerucut. Lantaran rapat dibungkus nasi kami selalu dalam keadaan hangat,” ujar Jusriel setengah berpromosi.
Selain itu, berasnya pun merupakan hasil racikan sendiri sehingga tidak beredar di pasaran luas. Bumbunya juga memiliki resep khas sehingga rasa lauk pauknya pun berbeda dengan nasi uduk lain meski jenisnya sama. Namun mereka berempat enggan mengungkapkan rahasia bumbu ini, karena merupakan rahasia “dapur” mereka.
Karena memiliki kekhasan inilah reputasi Nasi Uduk Gondangdia meroket dalam waktu yang singkat. Bahkan saat krisis moneter melanda, di saat usaha sejenis limbung, Nasi Uduk Gondangdia terus berjaya. Ruko yang semula diperuntukan wartel juga sudah disulap menjadi tempat berjualan nasi uduk. Sehingga bisnis Nasi Uduk Gondangdia merupakan kombinasi outdoor dan ruko.
“Kuncinya kami mendengarkan kemauan dari pelanggan, melalui saran dan kritik mereka. Perpaduan dari sajian menu yang khas dan berkualitas serta secara terbuka menerima kritik dan saran dari pelanggan membuat kami maju seperti saat ini,” Jasmine mengungkapkan rahasia sukses Nasi Uduk Gondangdia, yang namanya sudah dipatenkan itu.
Dengan success story tersebut tak pelak, banyak pihak yang “melamar” untuk menjadi mitra Nasi Uduk Gondangdia, bukan hanya wilayah Jakarta, tetapi juga di kota-kota lain. Bahkan banyak orang Malaysia dan Singapura yang tertarik menjadi mitranya. “Di Malaysia dan Singapura lebih dikenal sebagai nasi lemak. Tetapi sebenarnya ada perbedaannya antara nasi uduk dengan nasi lemak,” tutur Jasmine.
Lantaran pada saat itu, Nasi Uduk Gondangdia belum siap sistemnya maka “lamaran” dari berbagai pihak ini belum bisa diwujudkan. Namun saat ini, Nasi Uduk Gondangdia sudah siap diwaralabakan. “Semuanya sudah kami persiapkan matang. Dan untuk mencari franchisee-nya tentu tidak kesulitan karena sebelumnya sudah banyak yang melamar,” jelas Franchise Manager Nasi Uduk Gondangdia, Hendry E Ramdhan.
Selain menggarap calon franchisee yang sudah menyatakan tertarik, beberapa di antaranya dari Yogyakarta dan Bandung, Nasi Uduk Gondangdia membuka peluang kepada masyarakat luas.
Ada dua pilihan investasi yakni full outdoor dan kombinasi outdoor dan ruko. Besar investasi Rp 180 juta sudah termasuk franchise fee dan semua peralatan lengkap. Dengan perhitungan moderat nilai investasi itu bisa kembali antara 4 sampai 10 bulan. “Perhitungan kami moderat yakni mengambil sepertiga dari kinerja Nasi Uduk Gondangdia Pusat,” ujar Hendry seraya menyebutkan laba bersih Nasi Uduk Gondangdia Pusat mencapai ratusan juat per bulan dari omset Rp 270-an juta.
“Semua keperluan franchisee seperti beras, bumbu, dan makanan olahan lainnya akan dipasok dari pusat sehingga kekhasan Nasi Uduk Gondangdia tetap terjaga di cabang mana pun,” tegas Wita. Anda tertarik?
Konro daeng basso
Batik serat alam digandrungi
Usaha rumah bambu
Rejeki syuuur dari sayur mayur
Tip bisnis usaha go public
Usahan salon khusus kuku
Peluang emas kelinci hias
source : majalahpengusaha.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar