Bahan Baku Mahal, Pengrajin Pilih Bahan Baku Bekas
Bandung - Limbah bagi sebagian orang bukanlah sampah tapi benda yang bermanfaat. Begitu pula bagi para perajin boneka di Gang Cibuntu (kawasan Holis), Kelurahan Warung Muncang Kecamatan Bandung Kulon. Para perajin membeli bahan baku pembuatan boneka dari kain-kain limbah di pusat penjualan kain Cigondewah.
Misalnya Ajat Sudrajat (47), salah seorang perajin, mengaku membeli bahan baku bonekanya dari pasar kain Cigondewah dan Pasar Baru. Bedanya di Cigondewah dirinya bisa mendapatkan bahan dengan harga lebih murah dibandingkan di Pasar Baru. Sebab bahan baku di Cigondewah adalah limbah-limbah sisa yang potongannya sudah tidak utuh sedangkan di Pasar Baru kain yang dibeli masih baru.
Tapi Ajat sendiri lebih memilih membeli dari Cigondewah daripada Pasar baru karena harga bahan baku lebih murah dan terjangkau. Walaupun diakui Ajat dengan menggunakan kain limbah lebih ribet karena harus menyambung-nyambungkan potongan-potongan kain.
"Tapi kan harganya lebih murah jadi bisa jual juga dengan harga yang lebih murah," ujar Ajat. Karena otomatis jika bahan bakunya dari Pasar Baru harga boneka pun jelas menjadi lebih tinggi. Tapi karena di Cigondewah bahan baku tidak selalu tersedia Ajat terpaksa membeli di Pasar Baru.
Padahal menurut Ajat harga bahan baku di Pasar Baru tidak selalu stabil dan bisa berubah setiap harinya. Untuk itu dirinya berharap ada perhatian dari pemerintah dalam pengembangan usaha para perajin ini termasuk permodalan. Karena menurutnya sampai saat ini para perajin kurang perhatian dari pemerintah.
"Pemerintah kurang perhatian khususnya dinas terkait di bidang UKM," tutur Ajat.
Lain halnya dengan Ajat, Abdul Rasyid (41) tidak lagi membeli bahan baku dari Cigondewah dan pasar Baru. Dia lebih memilih untuk membeli bahan baku boneka di Bekasi. Di mana beberapa pabrik besar pembuatan boneka ada di daerah tersebut.
"Warnanya lebih bagus bahannya juga lebih bagus," tutur Abdul. Abdul pun mengaku dia juga memproduksi bonekanya di Bekasi. Dalam satu bulan Abdul bisa menghasilkan sampai 6.000 buah boneka. Diakui Abdul pula Bekasi merupakan saingan yang cukup berat dalam industri boneka karena sejak tahun 2.000 perajin boneka di Bekasi makin berkembang.
Meniru
Sayang sungguh sayang, para perajin boneka tidak sepenuhnya membuat boneka secara mandiri. Dalam segi desain misalnya, masih ada desain boneka yang meniru boneka-boneka di toko. Hal ini diakui Ajat Sudrajat (47). Sebagai seorang perajin boneka Ajat mengaku selalu melihat perkembangan tren boneka. Tak jarang Ajat membeli produk baru di toko.
Boneka tersebut dibongkarnya sehingga Ajat bisa tahu bagaimana pola pembuatan boneka tersebut kemudian menirunya. Menurut Ajat dengan seperti itu dirinya bisa membuat boneka serupa dengan harga yang jauh lebih murah dengan harga di toko.
"Kalau di toko dijual Rp 30 ribu saya bisa jual Rp 10 ribu," tutur Ajat.
Detik dot com
Usaha makanan cepat saji
Tip biar bisnis bisa go public
Usaha jus pesan antar
Usaha barang seken layak direken
Beternak merpati balap omsetnya mantap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar