Jumat, 17 April 2009

Mengubah Kelapa Jadi Patung Kepala

Buah Kelapa Jadi Patung
Di tangan seniman, segalanya bisa menjadi menarik. Bahkan buah kelapa pun bisa diubah menjadi patung wajah yang unik. Seperti yang dilakukan Rudi R (40) yang memamerkan patung kepala karyanya di Jl. Cihampelas, Bandung.

Bandung - Membuat patung wajah dari kelapa menurut perajin patung kelapa Rudi R (40) harus menyesuaikan dengan alam. Artinya ketika harus membuat patung wajah, Rudi harus menyesuaikan dengan bentuk buah kelapa yang didapatkannya apakah berbentuk oval atau bulat.

"Saya tidak bisa membuat seperti yang saya inginkan, tapi harus disesuaikan dengan bentuk kelapa," ujar Rudi saat ditemui sedang membuat patung di pinggiran Jalan Cihampelas.

Rudi tidak membuat satu tipe wajah saja. Dia membuat beragam tipe wajah dari berbagi negara. Misalnya wajah orang Indian, India, dan yang terakhir dia sedang membuat wajah shaolin. "Kalau bentuk kepalanya bulat berarti buat shaolin. Kalau bentuk kepalanya lonjong atau oval berarti buat Indian," ujar Rudi.

Karenanya, Rudi terkadang menolak jika ada pesanan untuk membuat wajah tertentu. Sebab kelapa yang tersedia tidak selalu sesuai dengan pesanan. Namun diakui Rudi apapun bentuk wajah dibuatnya, pembeli juga menyukai.

Untuk menarik perhatian pembeli, tak jarang Rudi membuatkan patung artis yang sedang naik daun. Misalnya dia pernah membuat satu set patung personel ST 12 dan Peter Pan bahkan John Lennon yang berkacamata. "Saya juga pernah membuat patung Megawati," ujar Rudi.

Untuk anak muda lain lagi permintaanya. Mereka menginginkan patung dengan gaya rambut gaya Mohawk. Tapi kebanyakan pembeli mengincar patung-patung wajah orang tua.
(ema/ern)

Bandung - Membuat patung dari kayu adalah hal yang biasa. Tapi bagaimana jadinya jika patung itu terbuat dari buah kelapa? Di tangan Rudi R (40), hal itu bukan tak mungkin. Rudi berhasil mengubah buah kelapa menjadi patung wajah yang unik.

"Bukan kelapa biasa," ujar Rudi yang setiap harinya berjualan di trotoar Jalan Cihampelas.

Dalam bahasa Sunda, kelapa yang digunakan disebut tabu, sedangkan dalam bahasa Jawa disebut gabug. Tabu atau gabug bisa dikatakan kelapa bantat atau kelapa tidak jadi, karena memiliki batok kelapa yang kecil dan tidak memiliki daging kelapa. Masyarakat desa biasanya menggunakan kelapa jenis ini untuk bahan bakar perapian (suluh).

"Awalnya yang saya gunakan kelapa dari pasar, aku Rudi yang menekuni hobinya ini sejak empat tahun lalu ini. Namun dia mengalami kesulitan saat membuat patung karena terbentur batok kelapa yang besar. Akhirnya untuk mendapatkan kelapa yang bagus, Rudi berkonsultasi pada masyarakat Banjar dan Ciamis. Mereka memberi saran agar Rudi menggunakan tabu yang memiliki batok kelapa yang lebih kecil.

Setelah diuji coba, Rudi pun yakin kelapa jenis inilah yang tepat untuk menyalurkan hobinya tersebut. Akhirnya Rudi mantap memilih tabu dan hingga kini membeli kelapa jenis ini dari masyarakat Banjar atau Ciamis.

Eksperimen patung dengan kelapa jenis tabu ini tidak langsung berhasil. Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, pada awalnya Rudi terpaksa mengorbankan beberapa butir kelapa jika hasil ukirannya gagal.

Awalnya Rudi hanya membuat patung kepala saja dengan anatomi yang biasa. Proses pembentukan hidung diakui Rudi adalah hal yang tersulit. Jika dalam proses ini gagal maka sudah sulit lagi untuk diubah karena tidak bisa ditambal.

Bisa karena biasa. Makin lama patung kepala karya Rudi mengalami kemajuan. Apalagi sejak Rudi memutuskan menjual karyanya di Pinggiran Jalan Cihampelas, atas usul pembeli, Rudi mulai kreatif dengan memberikan janggut, kumis, dan rambut pada patungnya. Sehingga hasilnya begitu mirip dengan wajah manusia.

"Kalau dulu ada juga yang pakai kacamata atau topi," ujar Rudi.

Alat yang Rudi gunakan cukup sederhana hanya sebilah pisau kecil. Dia langsung menuangkan apa yang ada dalam benaknya tanpa melihat gambar objek yang akan dibuat. "Harusnya lihat gambar tapi ribet," ujarnya.

Tidak semudah kelihatannya. Menurut Rudi dia bisa menghabiskan waktu 4-5 jam untuk satu patung kepala. Dalam satu hari Rudi hanya bisa menyelesaikan dua patung.

"Itu pun masih dalam tahap kasar," tutur Rudi. Karena jika ingin hasil jadi patung yang mulus dan benar-benar mirip aslinya bisa memakan waktu sampai dua hari. Tapi bagi Rudi yang penting dia memiliki stok patung untuk dijual. Patung-patung tersebut dijualnya dari harga termurah Rp 25 ribu sampai Rp 200 ribu.

Patung-patung tersebut dipajang di batang pohon, sehingga dengan mudah dilihat para pejalan kaki maupun pengendara jalan raya yang melintas di Jalan Cihampelas. Rudi biasanya berjualan selama setengah hari dari mulai pukul 12.00-18.00 WIB.
(ema/ern)

Fotografer - Ema Nur Arifah
detik.com

Bisnis Sop Buntut
Keperluan Anjing dan Kucing
Belajar Investasi
Join Usaha Batu Bara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...