Bisnis jasa penitipan anak masih prospektif. Tercatat ada 19 juta anak yang belum terlayani fasilitas ini. Anda tertarik?
Russanti Lubis
Pernahkah Anda berpikir bahwa kehadiran tempat penitipan anak (TPA) di Jakarta, khususnya, kini juga telah menjadi sebuah kebutuhan, terutama bagi orang tua yang bekerja karena mereka merasa tidak leluasa meninggalkan buah hati mereka di rumah? Keberadaan pembantu rumah tangga atau pengasuh anak memang dapat menjadi jalan keluar, tetapi tidak semua orang tua bisa memperoleh orang yang sreg bagi anak mereka atau tepat pada waktu diperlukan. Menitipkan pada kakek-nenek juga bisa menjadi alternatif lain, namun hal ini tidak mungkin dapat dilakukan dalam jangka waktu lama, mengingat keterbatasan yang dimiliki kaum lansia (lanjut usia, red.) ini.
Di sisi lain, data Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa jumlah TPA di ibukota negara ini, ternyata masih sangat sedikit bila dibandingkan dengan jumlah anak-anak di bawah usia lima tahun (balita), yang memerlukan jasa TPA. Tercatat di kota metropolitan ini terdapat 26 juta balita, sekitar 19 juta di antaranya belum dapat dilayani fasilitas ini. Sebuah peluang yang sayang bila tidak ditangkap, bukan?
Dari sekian TPA yang kini ada di seluruh Jakarta, tersebutlah Taman Bina Balita Sylva. Meski diperuntukkan anak-anak, jangan pernah Anda membayangkan TPA yang dibentuk oleh ibu-ibu Dharma Wanita Departemen Kehutanan (Dephut), untuk membantu para karyawati yang bekerja di lingkup Manggala Wanabhakti ini, seperti taman kanak-kanak. Sebab, di TPA yang dibentuk pada 16 Februari 1993 ini, Anda tidak akan menjumpai ayunan atau mainan-mainan lain khas anak-anak Tetapi, bila Anda mau sedikit melongok ke dalam, di sini akan dijumpai ruang tidur bayi dan balita, ruang bermain, ruang belajar, ruang mandi, ruang makan, dapur, dan sebagainya.
“Sylva dibentuk dengan pertimbangan bahwa setelah cuti melahirkan berakhir dan para ibu harus kembali bekerja, biasanya mereka merasa tidak nyaman karena harus meninggalkan bayi-bayi mereka yang masih membutuhkan ASI (Air Susu Ibu, red.) di rumah,” jelas Budi Surahmanto, pengurus harian Taman Bina Balita Sylva.
Dalam perkembangannya, TPA yang menerima anak-anak berumur tiga bulan hingga enam tahun ini, tidak hanya menerima anak-anak karyawati di lingkup Manggala Wanabhakti, tetapi juga dari kantor-kantor di sekitarnya. “Kami membebankan biaya yang berbeda untuk umum dan karyawati Dephut yang terbagi menjadi biaya penitipan harian, mingguan, dan bulanan.
Misalnya untuk karyawati Dephut (PNS) Rp30 ribu (harian), Rp100 ribu (mingguan), dan Rp300 ribu (bulanan), untuk karyawati BUMN di lingkup Dephut Rp40 ribu (harian), Rp140 ribu (mingguan), dan Rp400 ribu (bulanan), sedangkan untuk karyawati swasta/umum Rp45 ribu (harian), Rp170 ribu (mingguan), dan Rp450 ribu (bulanan),” kata Billy Hindra, pengurus harian Taman Bina Balita Sylva.
Sistem harian biasanya terjadi menjelang dan setelah lebaran atau kala liburan sekolah. “Pada saat itu, pembantu kan mudik, sedangkan sang ibu belum libur atau sudah harus kembali bekerja. Nah, saat itulah kami mengalami ‘musim panen’, karena jumlah peminat bisa meningkat hingga 100%. Di sisi lain, saat kehidupan kembali berjalan normal, kami nggak begitu terpengaruh,” imbuhnya. Terhitung dari Agustus lalu hingga saat ini, TPA yang tidak menerima anak-anak special need sebab belum memiliki tenaga profesional untuk menanganinya ini, telah menerima 40 anak. Sekadar informasi, karena adanya perubahan undang-undang yayasan, Sylva sempat ditutup dan dibuka kembali Agustus lalu.
Imbal baliknya? “Anak-anak yang telah berumur lebih dari satu tahun akan mendapat makanan ringan pada pagi dan sore, serta makan siang. Bila harus dimandikan, kami mandikan, sehingga pulang ke rumah sudah wangi. Mereka juga diajari bagaimana caranya makan sendiri, ke kamar mandi sendiri untuk buang air kecil atau menggososok gigi, menggambar, menyanyi dengan bantuan video player, dan sebagainya.
Untuk yang berkaitan dengan pelajaran sekolah, seminggu tiga kali kami mendatangkan tenaga pengajar. Sedangkan yang berkaitan dengan kesehatan, kami memiliki perawat dan menjalin kerja sama dengan dokter-dokter di poliklinik setempat. Ibu mereka pun bisa menengok setiap saat untuk menyusui, menyuapi, atau sekadar bermain,” tambahnya.
Fasilitas yang diberikan TPA yang dibuka dari jam 07.30 hingga 16.00 ini menjadikan anak-anak tersebut lebih mandiri dan secara fisik lebih sehat. “Kami memantau kesehatan mereka dengan kartu menuju sehat,” lanjutnya. Sedangkan bagi anak-anak yang sudah memasuki usia sekolah, mereka memiliki kegiatan yang lebih baik sepulang sekolah dan kembali lagi ke Sylva, misalnya makan lebih teratur, mengerjakan pekerjaan rumah (PR), lebih aman bila harus keluar ruangan karena selalu ada petugas satuan pengamanan (satpam) yang mengantar, dan lain-lain.
Selama ini, TPA selalu berada di bawah naungan departemen, instansi, kedinasan, atau perusahaan. Di samping itu, selalu berlokasi di dalam gedung perkantoran. Padahal, TPA juga dapat dibangun oleh perseorangan, dengan lokasi di perumahan yang cukup dekat dengan perkantoran dan dengan lingkungan relatif aman. Lalu, tambahkan beberapa fasilitas pendukung seperti tenaga pendidik yang mengetahui perkembangan anak, mainan-mainan anak, dan sebagainya. Apalagi permintaanya masih sangat banyak.
Tidakkah Anda berminat menangkap peluang ini?
Source : majalahpengusaha.com
Masa sekolah melatih anjing
Usaha permainan anak
Membangun pusat kecantikan
Franchise nasi uduk gondangdia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar