Pasar penyewaan alat permainan sangat menggiurkan. Selain pangsa pasarnya terbuka lebar, kompetitornya masih bisa dihitung jari. Andry Yurianto
Dalam dunia anak-anak mainan merupakan salah satu kebutuhan yang harus terpenuhi. Selain dapat merangsang perkembangan otak bagian kanan dan juga melatih sensor motorik, mainan juga dapat membantu anak-anak untuk dapat bersosialisasi dan berinteraksi secara baik dengan lingkungan sekitarnya. Saat ini tidak hanya anak kecil saja, melainkan banyak juga dari kalangan orang dewasa yang masih menjadikan mainan sebagai kebutuhan, hal tersebut menggambarkan bahwa mainan memiliki tempat tersendiri bagi masyarakat banyak.
Tingginya animo masyarakat terhadap permainan, membuat para kreator mainan terus mengembangkan kemampuannya untuk dapat menciptakan dan menghasilkan serta meyediakan jasa mainan agar hasrat masyarakat akan pemainan dapat terpenuhi. Memanfaatkan peluang yang ada tersebut, Black Knight salah satu nama perusahaan yang berkecimpung dalam dunia mainan ini memulai bisnisnya.
Banyak yang mengira bahwa Black Knight adalah nama perusahaan asing yang dikelola oleh pihak asing. Padahal, Black Knigt benar-benar perusahaan lokal. Perusahaan yang namanya diambil dari salah satu tokoh ksatria dalam dunia permainan ini berdiri sejak tahun 1981. “Awalnya adalah game center yang menyediakan permainan video game biasa yang ditempatkan di bioskop-bioskop” ujar Afit Cipto Sulaksono, manager operasional Black Knight.
Seiring dengan berjalannya waktu dan juga perkembangan teknologi yang semakin maju, pada 2000 perusahaan ini mulai membuka outlet-outlet permainan dengan alat-alat yang lebih canggih agar tidak ketinggalan zaman sekaligus dapat memberikan kepuasan kepada para konsumennya. Untuk pengadaan alat-alat permainan itu sendiri, Black Knight mendatangkannya dengan cara membeli dari negara-negara lain yang teknologinya lebih maju. “Mulanya alat permainan yang dibeli digunakan untuk mengisi outlet-outlet yang dimiliki oleh perusahaan. Karena peluang untuk menjualnya juga terbuka lebar, alat permainan tersebut dijual kembali ke perusahaan di dalam negeri yang juga menekuni bisnis mainan untuk menambah koleksi mainan yang belum dimiliki,” jelas Afit Cipto.
Tahun 2006 perusahaan yang namanya kebarat-baratan ini mulai mengatur strategi baru dalam pemasaran produknya agar bisnisnya dapat lebih berkembang lagi. Yaitu dengan cara menyewakan alat-alat permainan yang dimiliki untuk mengisi acara seperti pesta ulang tahun. Jenis permainan yang ditawarkan untuk dapat disewa beraneka ragam, di antaranya ada balon loncat, mandi bola, walking animal, mesin simulator, motorcycle, laser bumper car, laser bumper boat, dan masih banyak lagi.
Selain menyewakan langsung kepada konsumen akhir, Black Knight juga bekerja sama dengan para Event Organizer yang mengadakan acara peluncuran untuk sebuah produk. Harga yang ditawarkan bervariasi, tiap mainan dikenakan biaya yang berbeda tergantung dari jenis dan macam mainan. “Untuk kereta-keretaan yang memiliki kapasitas untuk 10 orang anak yang berusia di bawah 6 tahun dikenakan biaya sewa sebesar Rp2,5 juta untuk digunakan selama satu hari atau sampai acara berakhir. Harga tersebut di luar biaya instalasi, transportasi, dan operator di lokasi acara. “Black Knight juga memberikan penawaran khusus bagi konsumen yang menyewa 5 unit mainan atau lebih dengan tidak dikenakan biaya instalasi, operator, dan juga transportasi” terang Yusup Anwar yang berposisi sebagai manager pemasaran menjelaskan.
Setelah mempelajari cara kerja dari beberapa mainan impor yang dimiliki, saat ini Black Knight telah mampu membuat sendiri alat permainan dari jenis kiddy ride (mainan yang menggunakan karakter atau tokoh yang digemari anak-anak yang dapat bergerak naik turun atau bergoyang kekanan dan kiri) yang sekarang ini banyak dijumpai di pusat perbelanjaan seperti mall, supermarket, dan minimarket. Adapun dalam pembuatannya mainan yang terbuat dari bahan fiber ini harus melewati proses pencetakan body, pengecatan (painting), dan yang terakhir diserahkan kepada bagian mekanik agar mainan dapat dioperasikan dan bergerak seperti yang diinginkan. Untuk dapat menghasilkan satu unit mainan dibutuhkan waktu kurang lebih tiga hari.
Dalam perjalanannya perusahaan ini juga mengalami beberapa kendala dalam menjalankan bisnisnya. Seperti dalam aspek penjualan. “Mainan yang mulanya dibeli oleh perusahaan dari negara lain dengan harga yang cukup tinggi namun pada saat ingin dijual kembali ke pasar dalam negri harga mainan menjadi merosot seiring dengan turunnya harga mata uang dollar di pasar internasional. Selain itu, karena mesin yang dibeli bukan barang baru (second) kadang-kadang perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan lagi untuk memperbaiki mesin sebelum dijual kembali,” ungkap Afit.
Untuk bisnis penyewaan sejak awal strategi ini diterapkan hingga sekarang tidak menemui kendala yang berarti. Pemain lain kebanykan takut barangnya-barangnya rusak ketika disewakan sehingga bisnis ini jarang kompetitornya.
Sekarang perusahaan ini telah memiliki lebih dari 100 pekerja yang tersebar di beberapa daerah. Lingkup pemasaran dari Black Knight telah menjangkau wilayah Jakarta, Bogor, Purwakarta, Jawa, Sulawesi, dan Ternate. Prospek ke depan, bisnis menyewakan mainan ini sangat menggiurkan dan sangat menjanjikan karena pengguna permainan tidak mengenal usia dan jenis kelamin maupun profesi sehingga peluang untuk dapat berhasil masih terbuka lebar karena masih belum banyak yang menekuni bisnis ini.
Jika ingin mengutip/menyebarluaskan artikel ini harap mencantumkan sumbernya.
Source © 2008 Peluang Usaha dan Solusinya
Apa yangdisukai orang
Prospek dan potensi lada
Membangun pusat kecantikan
Usaha karaoke
Usaha cuci mobil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar